Saya tidak mengenal betul figur yang satu ini. Salah satu manuskrip dan riwayat keraton menyebutkan beliau adalah salah satu keturunan dari Hamengkubuwono VII. Beliau putra dan anak ke 2 dari KP Haryo hadipati Danuredjo, mahapatih keraton yogja ke VIII dan permaisuri GKR Candrakirono yang merupakan putri sulung dari Hamengkubowono VII. Beliau dilahirkan di Surakarta pada tanggal 25 September 1925, saat itu Belanda sedang menjalankan agresi Voolkstreet terhadap pemberontakan kediri.
Beliau besar dilingkungan keraton, sekitar umur 15 tahun beliau diambil oleh kakeknya GKR Hadiprawiro Dirgo yang dikenal dengan sebutan Kyai Karebet untuk menjalani kehidupan pesantren. Beliau adalah salah satu Kanjeng Pangeran Dalem yang dipersiapkan untuk tahta Hamengkubuwono IX, selain GKPA kanjeng Warno Hadisasongko dan GKPA Dorojatun Hadimasbarep.
Ketika usianya menginjak 18 tahun menurut cerita dan keterangan pihak keraton beliau dipindahkan ke Jakarta karena suatu insiden yang melibatkan Byooku Chosakai, cabang militer Jepang dengan Keraton Yogyakarta. Insiden ini justru dipicu karena keterlibatan beliau yang berani menikam salah satu petinggi militer Jepang. Akibat kejadian tersebut, Keratonan Yogyakarta dikepung oleh serdadu Jepang dan hampir berkonfrontasi dengan Pasukan Bhayangkara Keraton. Beruntung saat itu beliau sudah dilarikan ke Jakarta dan dititipkan di salah satu famili keraton.
Saya sedikit sekali mendapatkan informasi mengenai tokoh ini, dalam kekerabatan keraton saya dan beliau merupakan sepupu jauh dan masih dalam garis paman. Saya agak kesulitan untuk mengumpulkan informasi mengenai beliau, semua kerabat yang saya konfirmasi hanya bisa menceritakan sedikit mengenai figur yang satu ini. yang saya tahu, beliau memutuskan untuk melepaskan ikatan dengan keluarga keraton ketika hendak memutuskan menikah dengan seorang gadis dari Jawa Barat yang justru tidak ada darah kerajaan atau bangsawan dan hanya seorang perawat ditangsi militer Jakarta.
PENDIDIKAN :
Riwayat pendidikan beliau berdasarkan data keraton adalah HIS di Yogyakarta, kemudian beliau melanjutkan pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO - kalau sekarang SMP) di Semarang, kemudian Algeme(e)ne Middelbare School (AMS - setara SMA) di Jakarta dan terakhir beliau melanjutkan pendidikan tinggi di Technische Hooge School (THS)" te Bandoeng / Bandung Kogyo Daigaku (BKD saat ini adalah Institut Teknologi Bandung-ITB) namun tidak selesai dan hanya sampai Sarjana Muda (B.Sc), beliau kemudian masuk kemiliteran dan menempuh pendidikan di Akademi Hukum Militer di Jakarta.
MEMUTUSKAN HUBUNGAN DENGAN KERATON HADININGRAT :
Saya tidak terlalu mendapatkan banyak informasi mengenai alasan beliau memutuskan untuk tidak masuk dalam lingkungan keraton, dan lepas sama sekali dengan keratonan Yogyakarta Hadiningrat. Tapi salah satu alasan beliau ketika itu adalah pernikahan. Dari desas-desus di lingkungan keraton. Ketika itu pernikahan beliau ditentang keras oleh keluarga, karena beliau memutuskan untuk menikah dengan seorang wanita yang tidak memiliki trah dari lingkungan kerajaan manapun atau juga tidak ada darah bangsawan. Wanita ini hanya tercatat sebagai anak lurah di daerah galeger kalong Bandung Jawa Barat dan juga seorang perawat, selain itu dari cerita yang saya dengar wanita ini pun (maaf) janda beranak dua/pernah menikah sebelumnya. Alasan ke 2 adalah konflik antara beliau dengan GKPA Dorojatun Hadimasbarep (yang akhirnya menjadi Hamengkubuwono IX).
Satu hal yang menarik dan perlu saya catat adalah, ternyata beliau pun sempat menikah 2 kali jadi bisa dikatakan beliau memiliki 2 istri sebelum akhirnya istri keduanya beliau ceraikan. Istri kedua beliau adalah salah satu dari kerabat keraton Surakarta Solo KRH Hartati Van Wiljwent yang masih ada keturunan Belanda. berdasarkan cerita, pernikahan ini sangat didukung dan direstui pihak keraton, bahkan kabar yang saya dengar justru pihak keraton yang menjodohkan mereka. dari pernikahannya ini beliau mempunyai 1 orang putri yang diakui pihak keraton dan bernama GKRH Ningtias Wulanhadisuwirjo.
KETURUNAN :
Keturunan beliau yang dikenal saat ini hanya GKRH Ningtias Wulanhadisuwirjo dari istri keduanya, anak-anak beliau dari istri pertamanya tidak tercatat di data keluarga keraton. Namun seiring waktu nampaknya pihak keraton membuka diri dan menerima anak-anak beliau dari istri pertama. Saat ini yang baru tercatat dalam database keraton putri beliau yang bernama GKRA DR(HC) Drs Endang Hendrik Kusumaningtiastuti dan anak2nya yang sudah mendapat pengakuan dari keratonan Yogyakarta.
KARIR :
Beliau ternyata banyak berkarir di dunia kemiliteran, dari informasi yang berhasil saya kumpulkan beliau tercatat sebagai Perwira di Detasemen Korp Polisi Militer dan pernah menjabat sebagai Oditur Militer di Bandung, sebelum akhirnya beliau memutuskan untuk keluar dari dinas militer dan menjadi kontraktor. Saya tidak mendapatkan informasi yang pasti mengenai pangkat terakhir beliau di kemiliteran, ada yang menginformasikan beliau sering mendapatkan penurunan pangkat karena sepak terjang beliau yang cenderung ektrim dan tidak kenal kompromi. Pangkat terakhir beliau ada yang menyebut Kapten ada juga yang menyebut Letnan Dua (Letda).
(12 Januari 05)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar